Minggu, 30 Oktober 2011

perternakan ikan lele

Pembesaran Ikan Lele: Bisnis Sepele, Untung Gede

 Foto : Koleksi Franz J.B.
Memilih usaha ternyata tidak harus dari sesuatu yang wah. Banyak peluang besar bisa Anda peroleh justru dari sesuatu yang nampak sepele. Semisal beternak ikan lele.Ikan berkumis ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pebisnis. Padahal, rejeki yang ia janjikan cukup besar. Gerai supermerket besar hingga warung tenda di pinggir jalan butuh pasokan lele dalam jumlah banyak secara rutin.
Mungkin kita tak pernah menggubris warung tenda yang menjajakan menu pecel lele yang berderet di sepenjang jalan. Padahal, kontinuitas kebutuhan lele di warung tenda umumnya lebih pasti bila dibanding dengan kebutuhan lele di supermarket. Warung-warung seperti itu banyak tersebar di setiap kota.
Memulai bisnis lele tidah harus selalu diawali dengan hitungan yang jelimet serta bikin pusing. Anda bisa memualinya dengan sekedar bejlan-jalan santai, nongkrong sambil iseng mencicipi menu ikan lele. Dari kegiatan itu Anda bisa memetakan pasar ikan lele. Jumlah kebutuhan ikan lelepun bisa Anda peroleh secara pasti.
“Ya…. Kira-kira saya bisa habis lele 7 –8 kg setiap malam,” begitulah pengakuan Sarah pedagang pecel lele di bilangan Jakarta Barat. “Ikan saya beli dari pasar Kebayoran Lama. Tiap kilo harganya Rp 12.000. Jika dihitung-hitung, Sarah butuh lele yang tidak sedikit. Paling tidak ia harus mendapat pasokan 210 – 240 kg lele segar secara rutin.
Keterangan di atas bisa memberi gambaran kasar bagi Anda bahwa peluang berbisnis lele berprospek cerah. Pengalaman manis berbisnis lele juga dimiliki oleh Ivan, peternak lele di Parung. Usaha ini mulai ia tekuni sekitar dua tahun yang lalu.
Awalnya usaha itu ditekuni oleh kakaknya. Karena saudaranya harus bertugas keluar negeri lantas usaha kolam lele itu dihibahkan kepada Vian. Pemuda yang masih kuliah di salah satu Universitas Suwasta di Jakarta itu merasa masih perlu banyak belajar di bidang perlelean. Saat ini ia dibimbing oleh Sueb, orang kepercayaan kakaknya.
Berkat ikan bernama latin Clarias sp itu, Vian bisa menanggung biaya kulah secara mandiri. Saat ini Vian memiliki kolam sebanyak 15 petak. Tiap kolam berukuran luas 300m. Menurut Sueb, menjual ikan lele itu enak. Kita tidak perlu lagi repot-repot mencari keterangan pasar. Pembibitan memang lebih cepat untung. Tapi, kapasitas keuntungannya lebih kecil bila dibanding dengan pembesaran.
Usaha pembesaran memang butuh modal lebih besar bila dibandingkan dengan pembibitan. Namun, untung yang bisa diraup lebih menjanjikan. Masa panen ikan lele memang relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi yang lain. “Kalau gurami baru bisa dipanen sekitar 8 bulan. Sedangkan lele sudah bisa dipanen sekitar 50 hari,” terang Vian sambil memegangi serokan yang dipenuhi ikan lele siap panen.
Kondisi pasar ikan lele mamang cenderung lebih tidak stabil bila dibanding dengan kondisi pasar ikan jenis lain. “Kadang-kadang harganya naik sangat tinggi, Tapi kadang-kadang pula merosot,” ungkap Sueb. “Pokoknya jangan jual lele pada bulan-bulan yang tidak ada huruf “R”nya (Mei, Juni, Juli, dan Agustus),”sahut Vian memaparkan pengalamannya. Sebab. Pada kisaran bulan itu banyak petani lele yang mengobral lelenya dengan harga murah. Alasannya, mereka sangat butuh biaya untuk keperluan sekolah anak-anak mereka. Harga jual ikan lele akan mencapai puncak termahal pada bulan Januari. Sebab, pada waktu itu pasokan ikan lele cenderung berkurang. Hal itu disebabkan karena pada bulan itu pembibitan lele banyak yang gagal. Banyak telur yang gagal menetas lantaran pengaruh musim hujan. Menurut pengalaman Vian, air hujan bisa menurunkan derajan keasaman (pH) air kolam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar